Environmentally responsible travel and visits to relatively undisturbed natural areas, in order to enjoy and appreciate nature (and any accompanying cultural features, both past and present), that promote conservation, has low visitor impact, and provides for beneficially active socio-economic involvement of local population (Ceballos-Luscurain, 1996).
Istilah “ekowisata” dapat
diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan
tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu
daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung
pelestarian alam.
Para pelaku dan pakar di bidang
ekowisata sepakat untuk menekankan bahwa pola ekowisata sebaiknya meminimalkan
dampak yang negatif terhadap linkungan dan budaya setempat dan mampu
meningkatkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat dan nilai
konservasi.
Beberapa aspek kunci dalam
ekowisata adalah:
Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya
sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial-budaya masyarakat
Pola wisata ramah lingkungan
Pola wisata ramah budaya dan adat setempat
Membantu secara langsung perekonomian masyarakat
lokal
Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur
tidak besar
Pola ekowisata berbasis
masyarakat adalah pola pengembangan ekowisata yang mendukung dan memungkinkan
keterlibatan penuh oleh masyarakat setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengelolaan usaha ekowisata dan segala keuntungan yang diperoleh.
Ekowisata berbasis masyarakat
merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas. Hal
tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan
tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya
tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak. Pola ekowisata
berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan
wisata di kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai
pengelola.
Ekowisata berbasis masyarakat dapat
menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat, dan mengurangi
kemiskinan, di mana penghasilan ekowisata adalah dari jasa-jasa wisata untuk
turis: fee pemandu; ongkos
transportasi; homestay; menjual
kerajinan, dll. Ekowisata membawa dampak positif terhadap pelestarian
lingkungan dan budaya asli setempat yang pada akhirnya diharapkan akan mampu
menumbuhkan jati diri dan rasa bangga antar penduduk setempat yang tumbuh
akibat peningkatan kegiatan ekowisata.
Dengan adanya pola ekowisata
berbasis masyarakat bukan berarti bahwa masyarakat akan menjalankan usaha
ekowisata sendiri. Tataran implementasi ekowisata perlu dipandang sebagai
bagian dari perencanaan pembangunan terpadu
yang dilakukan di suatu daerah. Untuk itu, pelibatan para pihak terkait mulai
dari level komunitas, masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan organisasi non
pemerintah diharapkan membangun suatu jaringan dan menjalankan suatu kemitraan
yang baik sesuai peran dan keahlian masing-masing.
Beberapa aspek kunci
dalam ekowisata berbasis masyarakat adalah:
Masyarakat membentuk panitia atau lembaga untuk
pengelolaan kegiatan ekowisata di daerahnya, dengan dukungan dari pemerintah
dan organisasi masyarakat
Prinsip (=pengelolaan dan
kepemilikan oleh masyarakat setempat) diterapkan sedapat mungkin terhadap
sarana dan pra-sarana ekowisata, kawasan ekowisata, dll
Homestay
menjadi pilihan utama untuk sarana akomodasi di lokasi wisata
Pemandu adalah orang setempat
Perintisan, pengelolaan dan pemeliharaan obyek
wisata menjadi tanggungjawab masyarakat setempat, termasuk penentuan biaya (=fee) untuk wisatawan (nilai ekonomi dan wisata).
Adapun manfaaat dari ekowisata ini seperti :
- Memberikan nilai ekonomi bagi kegiatan ekosistem di dalam lingkungan yang dijadikan obyek wisata;
- Menghasilkan keuntungan secara langsung untuk pelestarian lingkungan;
- Memberikan keuntungan secara langsung dan tidaklangsung bagi para pihak terkait (stakeholders);
- Membangun konstituen atau dukungan bagi konservasi di tingkat lokal, nasional dan internasional;
- Mempromosikan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan;
- Mengurangi ancaman terhadap kenekaragaman hayati yang ada di obyek wisata tersebut.
Diambil dan disuntin dari
"Prinsip dan Kriteria
EKOWISATA BERBASIS
MASYARAKAT" -
Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF-Indonesia
0 comments:
Post a Comment